Rabu, 25 Januari 2012

Tugas makalah Kepemimpinan dan Pemberdayaan

oleh: Hanifah Hikmawati

BAB I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia tidak dapat hidup sendiri, antara individu satu dengan individu lainnya saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Maka dari itu, manusia disebut dengan makhluk sosial. Makhluk sosial yang berinteraksi,berkembang mulai dari kelompok kecil hingga kelompok besar.
Hidup secara berkelompok bukanlah hal yang mudah karena dalam sebuah kelompok itu anggotanya memiliki karakter masing-masing. Agar pada kelompok tercipta kondisi yang harmonis, tiap anggotanya harus saling menghargai dan menghormati.
Tanpa disadari, dalam sebuah kelompok sudah terbentuk sebuah organisasi. Agar dalam kelompok dapat berjalan dengan baik maka diperlukan untuk menata kelompoknya. Yang pastinya dibutuhkan adalah seseorang yang berjiwa pemimpin. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik (http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/). Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang memiliki jiwa pemimpin yakni ia ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin, lalu dibekali dengan persiapan, pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri. Bisa juga karena sejak   lahir   ia   memiliki   bakat  kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman (http://www.scribd.com/doc/15885060/Teori-Kepemimpinan).
Dewasa ini, kata pemberdayaan menjadi sebuah konsep yang menarik perhatian utama oleh pemimpin dan organisasi di dunia(Triantoro:2004). Pemimpin dituntut untuk dapat memberdayakan anggotanya sehingga tidak hanya pemimpinlah yang dapat menjadi seorang pemimpin, namun anggotanya juga dapat menjadi seorang pemimpin bagi diri sendiri yang nantinya akan memberikan dampak positif juga bagi organisasi. Tentunya hal tersebut menjadi sesuatu yang menarik untuk diungkapkan.
B.            RUMUSAN MASALAH
   Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain :
1.      Apakah yang dimaksud dengan pemimpin dan kepemimpinan?
2.      Bagaimana syarat, metode dan tipe kepemimpinan?
3.      Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan?
4.      Apa tujuan pemberdayaan?
5.      Apa manfaat pemberdayaan dan memiliki karyawan yang berdaya?
C.          METODE PENULISAN
Pada penulisan makalah ini penulis memilih menggunakan metode kepustakaan. Disini penulis tidak hanya menggunakan buku yang diperoleh dari perpustakaan sebagai referensi namun juga melengkapinya dengan mencari referensi melalui internet. Penulis menggunakan metode ini karena dalam penulisan makalah ini dimudahkan dalam mencari bahan dan data–data tentang materi yang penulis gunakan untuk penulisan makalah ini.








BAB II
ISI
A.          HAKEKAT KEPEMIMPINAN
1.       PEMIMPIN
   Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, dan sebagainya. Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara (http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin-dalam-bahasa.html).
Sejak zaman dahulu, para filsafat telah mencari apa makna pemimpin, hingga sekarang telah memberikan banyak definisi tentang pemimpin. Berikut pendapat beberapa ahli tentang pemimpin:
a.    Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan anggotanya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
b.    Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para anggota yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
c.    Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
d.   Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
e.    Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
                           i.            Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
                         ii.            Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
                       iii.            Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.(http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/)
Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat disimpulkan bahwa : pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
2.       KEPEMIMPINAN
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Setelah mengetahui pengertian dari pemimpin, selanjutnya inilah pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli:
a.    Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983).
b.    Menurut Robbins (2002) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
c.    Menurut Ngalim Purwanto (1991) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
d.   Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
e.    Menurut Young (dalam Kartono, 2003) yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
f.     Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002) (http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/).
 Dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
3.       SYARAT KEPEMIMPINAN
Sudah kita ketahui definisi-definisi dari pemimpin dan kepemimpinan yakni jika pemimpin adalah orangnya sedangkan kepemmpinan adalah kemampuannya. Untuk menjadi seperti itu tentunya ada konsepsi  mengenai persaratan kepemimpinan yang harus selalu di kaitkan dengan tiga hal pokok yaitu:
a.    Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan anggota untuk berbuat sesuatu. (Kartini:1998)
b.    Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pimpinan dan bersedia melakukakan perbuatan-perbuatan tertentu. (Kartini:1998)
c.    Kemampuan ialah segala daya, kemampuan, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/ketrampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.(Kartini:1998)
4.       SIFAT KEPEMIMPINAN
Penilaian sukses atau atau gagalnya pemimpin antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas perilakunya. Menurut Kartini (1998), diantara para penganut teori sifat atau kesifatan dari kepemimpinan (the traitist theory of leadership) adalah Ordway Tead, ia mengemukakanbahwa ada sembilan sifat-sifat kepemimpinan, yaitu ;
a.    Energi jasmaniah dan mental (Psysical and nervous energy)
b.    Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)
c.    Antusiame (enthusiasm)
d.   Keramahan dan kecintaan (Friendliness and affection)
e.    Integritas (integrity)
f.     Penguasaan teknis (technical mastery)
g.    Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness)
h.    Kecerdasan (intelligence)
i.      Kepercayaan (faith)(Kartini:1998).
5.       METODE KEPEMIMPINAN
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya (http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/).
Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
a.    Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang–orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang–orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
b.    Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
c.    Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang–orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari–hari seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya. (http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/)
6.       TIPE KEPEMIMPINAN
Seorang pemimpin  melakukan kepemimpinannya dapat digolongkan atas beberapa golongan:
a.    Otorikratis
Pemimpin menganggap organisasi sebagai milik sendiri. Ia bertindak sebagai diktator terhadap para anggotanya dan menganggap mereka sebagai bawahan dan merupakan alat, bukan sebagai manusia. Bawahannya tidak diizinkan untuk membantah karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat. Rapat-rapat, musyawarah tidak dikehendaki, berkumpul hanya untuk menyampaikan instruksi atau perintah. Pemimpin ini hanya menggantungkan kekuasaannya atas pengangkatan formalnya dan tindakannya tidak dapat diganggu gugat. Seorang pemimpin otoriter memimpin tingkah laku anggota-anggotanya dengan mengarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keputusan berada di satu tangan, yakni si pemimpin otoriter itu, yang menganggap dirinya dan dianggap oleh orang lebih mengetahui daripada orang-orang lain dalam kelompokya. Setiap keputusan dianggap sah , dan pengikut-pengikutnya menerima tanpa pertannyaan. Pemimpin otoriter ini dianggap sebagai manusia super. (Sunindhia:1988)
b.    Militaris
Yaitu pemimpin yang memiliki sifat-sifat antara lain:
a.       Menggerakkan orang dengan sisteem perintah.
b.      Gerak-geriknnya tergantung pada pangkat dan jabatannya
c.       Senang formalitas berlebih-lebihan
d.      Menuntut disiplin keras
e.       Senang akan upacara dalam berbagai keadaan
f.       Tidak menerima kritik,dsb (Ari:2008)
c.    Paternalistis
Pemimpin ini bersifat kebapakan, ia menganggap anak buahnya sebagai anak-anak atau manusia yang belum dewasa yang dalam segala hal masih membutuhkan bantuan dan perlindungan yang kadang-kadang perlindungan yang berlebihan.
Pemimpin seperti ini jarang atau tidak memmberikan sama sekali kepada masyarakat untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif atau mengambil keputusan. Anak buahnya jarang sekali diberi kesempatan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya. Pemimpin seperti ini selalu bersikap baik dan ramah  meskipun ada sifat negatif yakni sok maha tahu. Pemimpin seperti ini dalam hal tertentu sangat dibutuhkan, namun pada umumnya kurang baik (Ari:2008)
d.   Kharismatis
Gaya kepemimpinan kharismatis dapat terlihat mirip dengan kepemimpinan transformasional, dimana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong untuk maju. Tipe kepemimpinan karismatik memandang kepemimpinan sebagai keseimbangan antara pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan para bawahan. Pemeliharaan hubungan didasarkan pada hubungan relasional dan bukan berorientasi kekuasaan, walaupun dia memilikinya (http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/gaya-dan-tipe-kepemimpinan-kepala.html).
e.    Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua anggota, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti anggota. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat (http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/).
f.     Manipulatif atau pseudo-demokratis
Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia demokratis, sedangkan maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara halus. Tipe kepemimpinan pseudo-demokratis ini sering juga disebut sebagai pemimpin yang memanipulasikan demokratis atau demokratis semu. Berkaitan dengan ini Kimball Willes menyebutkan bahwa cara memimpinnya tipe kepemimpinan pseudo-demokratis itu seperti diplomatic manipulation atau manipulasi diplomatis. Jadi, pemimpin pseudo demokratis sebenarnya adalah orang otokratis, tetapi pandai menutup-nutupi sifatnya dengan penampilan yang memberikan kesan seolah-olah ia demokratis(http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/gaya-dan-tipe-kepemimpinan-kepala.html).
7.         FILOSOFI KEPEMIMPINAN
Menurut Ari Retno Habsari,(2008) ada tujuh (7) filosofi kepemimpinan:
1.    Senantiasa memperbaiki diri.
2.    Dapat dipercaya, kredibel, autentik(tidak meniru) dan konsisten.
3.    Memiliki kecerdasan menoleransi kesalahan.
4.    Mengatakan dan menjalani sesuai yang dikatakan.
5.    Melatih dengan cara melakukan.
6.    Senantiasa membangun keyakinan dan kebanggaan.
7.    Mengarahkan dengan pasti dalam segala situasi.

B.          KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment”, yang berarti “berkekuatan atau bertenaga”. K. Suhendra mengartikan pemberdayaan sebagai suatu kegitan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif (K. Suhendra:2006). Secara teknis pmberdayaan adalah usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat mulai dari erencanaan, manajemen, pelaksanaan sampai dengan pengawasan kegiatan(Rr. Suhartini: 2005). Pada dasarnya pemberdayaan adalah cara untuk melaksanakan kerjasama dalam organisasi sehingga semua orang berpartisipasi penuh.. Dalam organisasi yang sudah diberdaya-kan para pelaksana merasa bertanggung-jawab tidak hanya tentang pekerjaan yang dikerjakannya, tetapi juga tentang keseluruhan perguruan tingginya agar dapat berfungsi secara lebih baik. Tim-tim yang telah diberdayakan akan bekerjasama memperbaiki kinerja mereka secara berkelanjutan, mencapai tingkat produktivitas dan mutu yang tinggi (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pemberdayaan+adalah&source=web&cd=1&ved=0CCIQFjAA&url=http%3A%2F%2Feng.unri.ac.id%2Fdownload%2Fmanajemen_pt%2FMAKALAH%2520TQM%2FPEMBERDAYAAN%2520.doc&ei=U4_gTu_wEorMrQf0hPSnCw&usg=AFQjCNGDeVJWjJdwk1ZOAupEtZxJmAxWZg).
 Dalam kajian penelitian ini yang dimaksud pemberdayaan adalah proses membangun dedikasi atau motifasi dan komitmen yang tinggi sehingga organisasi itu bisa menjadi sangat efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya dengan mutu yang tinggi.
Salah satu cara yang bisa digunakan oleh pemimpin untuk menanamkan dan menciptakan motifasi yang tinggi bagi anggota adalah melalui pemberdayaan. Disini pemimpin memberikan tanggung jawab dan kekuasaan pada anggotanya sehingga anggota pun dapat meyakini tujuan yang dimiliki oleh organisasi. Pemberdayaan dalam hal ini diartikan sebagai pembagian kekuasaan atau mendelegasikan kekuasaan dan wewenang kepada anggota di dalam organisasi(Triyantoro:2004). Dalam pembagian itulah pemimpin memberikan pengetahuan kepada anggotanya  tentang seluk beluk tugas dan wewenangnya sehingga terjadilah kerjasama yang baik antara pemimpin dan anggotanya.
Untuk menjadikan pemberdayaan sebagai budaya organisasi yang baik, maka hal-hal seperti partisipasi, inovasi, memiliki akses pada informasi dan tanggungjawab harus terpenuhi terlebih dahulu. (Triantoro:2004)
Manfaat:
a.    Dapat memicu dan menciptakan motivasi yang kuat dari anggota, karena berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi dari anggota
b.    Meningkatkan jumlah total dari kekuasaan yang ada di organisasi. Karena tiap anggotanya diberi wewenang maka, kekuasaan tidak hanya dipegang pemimpin saja tetapi juga semakin banyak karena anggotanya juga memilikinya.
c.    Pemimpin dapat memperoleh manfaat dan tambahan kemampuan partisipasi bawaan yang bisa diperoleh organisasi. Maksudnya adalah dengan pembagian kekuasaan tersebut, pemimpin dapat lebih berkonsentrasi dalam pencapaian visi dan pemimpin tidak perlu lagi  mengawasi anggotanya karena mereka telah berdaya (mampu memimpin diri mereka sendiri). (Triantoro:2004)
Keinginan pemimpin dan  organisasi dewasa ini adalah bagaimana mendapatkan anggota yang kompeten, profesional, mempunyai komitmen tinggidan berkinerja tinggi untuk memenuhi impian ini. (Triantoro:2004) . Karena dalam organisasi yang anggotanya telah diberdayakan akan tercipta hubungan di antara orang-orangnya yang saling berbagi kewenangan, tanggung-jawab, komunikasi, harapan-harapan, dan pengakuan serta penghargaan.




BAB III
PENUTUP
A.                   KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Pemimpin haruslah memiliki visi yang jelas, selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin, selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi dan dapat menjadi seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya.
Pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Dengan adanya pemimpin yang dapat memberdayakan anggota organisasinya dengan cara pembagian tanggung jawab dan kekuasaan pada anggotanya maka hal tersebut akan terjadi sebuah kerjasama yang baik, wewenang yang menjadi semakin luas karena anggotanya juga memiliki wewenang dan kerja pemimpinpun semakin ringan.
B.   SARAN
Dari yang penulis fahami, disini, kepemimpinan dan pemberdayaan masih sebuah konsep karena memiliki permasalahan yakni betapa susahnya untuk mendapatkan anggota yang kompeten, profesional, mempunyai komitmen tinggi dan berkinerja tinggi untuk memenuhi impian ini. Jika hal tersebut dapat dipenuhi, maka kepemimpinan dan pemberdayaan bukan hanya sebuah konsep saja namun kenyataan yang dapat menghasilkan kinerja yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Habsari, Ari Retno. 2008. Terobosan Kepemimpinan, Panduan Pelatihan Kepemimpinan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Kartini, Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan; Apakah Pemimpin Abnormal itu?. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
          Purwanto, M. Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.
S.H, YW. Sunindhia dan Dra. Ninik widianti. 1988. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta: PT. Bina Aksara.
Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suhartini, Rr, dkk.. 2005. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Suhendra, K. 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
 Buat yang mau copy paste, silahkan..tapi tolonng tinggalin comment ya..dan jangan lupa diedit ulang dengan kata-katamu sendiri untuk mbuat makalah mu.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih buat makalahnya, sangat membantu buat kelompok kami.

Posting Komentar

 
;